Contoh Khutbah Idul Adha Singkat Padat

Advertisement
Moment Perjuangan dan Pengorbanan - Hari raya Idul Adha merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Qurban yang berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi seseorang jauh dari Allah, maka dia akan mengatakan lebih baik bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya daripada pergi ke Mekah menjalankan ibadah haji.

Namun bagi hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya dia akan mengatakan “Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku memenuhi seruanMu ya Allah. Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang jauh dari Allah tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Namun mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk mengorbankan segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah.
Advertisement

Contoh Khutbah Idul Adha Singkat Formal 2015


Dibawah ini merupakan contoh khutbah idul adha tentang moment perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As

Khutbah awal

الله أكبر ×9 لا إله إلا الله، والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Wahay kaum muslimin dan muslimat,marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Alloh, dan taatlah kepadanya dengan sebenar-benarnya ketaatan. Ketahuilah, bahwa pada hari ini tanggal 10 Dzulhijjah kaum muslimin di seluruh penjuru dunia berduyun-duyun melaksanakan shalat Idul Adha. Mereka mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur kepada Alloh, dan pengakuan selaku hamba terhadap keesaan Alloh serta pernyataan untuk taat hanya kepada-Nya. Bersamaan dengan ini, di kota suci Mekah Al Mukarromah, umat islam dari berbagai bangsa dan negara sedang mengadakan pertemuan akbar, dalam rangka menunaikan ibadah haji, memenuhi panggilan Alloh.

Sungguh beruntung dan berbahagia, saudara-saudara kita yang saat ini mendapat panggilan dan bisa melakukan ibadah haji. Mereka benar-benar telah memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Alloh dengan sebaik-baiknya. Bukankah masih banyak diantara kita yang hidup kaya dan berkesempatan, tapi semangat dan jiwa mereka belum terpanggil mau datang ke Padang Arafah untuk haji. Memang ibadah haji amat berat, karena ia merupakan ibadah yang terpadu antara ibadah jiwa, raga dan harta. Oleh sebab itu, siapapun hendaknya melangkah dengan cepat dan tepat, jangan ditunda-tunda, manakala sudah Istitho’ah untuk melaksanakannya.

Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ اَرَادَ اْلحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ فَاِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيْضُ وَتَضِلُّ الضَّالَّةُ وَتُعْرِضُ اْلحَا جَةُ . رواه احمد وحاكم وابو داوود

Artinya : “Barang siapa hendak melaksanakan haji, maka bersegeralah. Karena dia mungkin akan sakit, akan hilang kesempatan dan ditntut oleh kebutuhan lain.” (HR. Abu Dawud dari Ibnu Abbaas).

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Wa lillahil Hamdu.

Suatu peristiwa agung yang perlu kita teladani pada hri Idul Adha ini adalah perjuangan Nabi Ibrahim As, yang dengan pengorbanannya telah berhasil mewariskan monumen ibadah haji dan syariat penyembelihan hewan qurban bagi orang-orang mukmin sampai saat ini. Pada hari yang bersejarah ini, kita diingatkan pada perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As. Juga nabi-nabi yang lain dalam menghadapi setiap tantangan dan cobaan dan ujian. Bak sebuah pohon, semakin besar dan tinggi menjulang, semakin keras pula angin menerpannya.

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Wa lillahil Hamdu.


Perjuangan dan pengorbanan Ibrahim terhadap kaumnya, supaya beriman dan mentauhidkan Alloh amat besar. Bertahun-tahun ia berjuang membasmi paham syirik dan macam-macam kebathilan yang merata di kalangan kaumnya, tetapi tantangan dan ancaman semakin hebat, dan perlawanan dari raja Namrud pun semakin keras dan kejam. Akhirnya atas petunjuk Alloh Nabi Ibrahim beserta Istri dan anaknya, Ismail, meninggalkan negeri dan kaumnya, hijrah ke suatu lembah yang terpencil yang kering dan gersang, tapi dapat menjanjikan harapan untuk meneruskan perjuangan yaitu negeri Mekah.

Selang beberapa lama di tempat yang baru itu Nabi Ibrahim kembali diuji oleh Alloh SWT. Ia bermimpi, Alloh memerintahkannya untuk menyembelih Ismail, putra tunggal yang amat dicintainya. Sehari sesudah mendapat mimpi itu, Nabi Ibrahim merenungkan mimpinya, apakah benar-benar datng dari Alloh atau bukan?. Karenanya hari itu disebut sebagai Yaumut Tarwiyah, hari perenungan dan pemikiran. Pada hari kedua, barulah ia yakin bahwa mimpi itu betul-betul dari Alloh, sehingga hari itu dinamakan Yaumul Arafah hari mendapatkan pengetahuan dengan sabar. Dan akhirnya pada hari ketiga Nabi Ibrahim mengambil keputusan dengan keyakinan bulat yang hari itu dikenal sebagai Yaumul Nahr yaitu hari melaksanakan penyembelihan.

Ketika detik-detik pengorbanan yang dramatis itu akan berlangsung, terjadilah dialog antara ayah dan anaknya, yang amat menggugah hati dan perasaan, sebagai contoh ketabahan dan kokohnya iman dan takwa mereka kepada Alloh SWT.

Sidang Id, kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah

Begitu mengharukan proses pengorbanan itu, terlebih lagi ketika Ismail dengan penuh tawakal memohon kepada ayahnya : “Wahay ayah ! Ikatlah kaki dan tangan saya keut-kuat, agar gelapar tubuh saya tidak membuat ayah bimbang. Telungkkupkan tubuh saya sehingga muka mengahadap ke tanah, supaya ayah tidak menglihat wajah saya. Ayah! Jagalah darahku jangan sampai memerciki pakaian ayah karena bisa menyebabkan perasaan iba, sehingga akan mengurangi pahala. Dan asahlah pisau itu tajam-tajam, agar penyembelihan berjalan lancar. Wahay ayah ! baju saya yang berlumur darah nanti bawalah pulang dan serahkan kepada ibu dan sampaikan salamku kepada ibu, semoga beliau bersabar menerima ujiian ini.”

Alloh berfirman :

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ . وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ

Artinya : “Maka tatkala keduanya berserah diri, dan Ibrahim telah merebahkan Ismail, meletakan pipinya di atas tanah. Lalu kami panggil ia : “Wahay Ibrahim, telah engkau turuti perintah itu! “Demikianlah, kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, bahwa perintah ini tiada lain hanyalah ujian yang nyata." (QS. Ash Shaffat: 103-106)

Apakah Ismail jadi disembelih?

Tidak! Bukan itu tujuan perintah Alloh. Nabi Ibrahim akhirna dilarang menyembelih putranya, setelah nyata ia lulus dari ujian yang sangat berat itu. Sebagai gantinya Alloh SWt memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih binatang qurban. Dan sejak saat itu maka sebagi tanda bersyukur beliau pada waktu yang tertentu secara kontinyu menyembelih hewan untuk ibadah qurban. Kemudian amaliah ini ditingkatkan oleh Nabi keturunan beliau, yaitu Muhammad Saw. Sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadist :

قَالُوْا يَا رَسُوْلَ  اللهِ , مَا هَذِهِ اِلَاضَا حِي ؟ قَالَ سُنَّةُ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ قَالُوْا مَا لَنَا مِنْهَا ؟ قَالَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ .  رواه احمد وابن ماجه

Artinya : “Para sahabat bertanya kepada Rasulullah: Apakah qurban itu? Nabi menjawab : itulah sunah yang dijalankan oleh bapakmu, Ibrahim. Mereka bertanya lagi: Apa keuntungan qurban itu bagi kita? Nabi menjawab: pada tiap-tiap helai bulunya dihitung menjadi satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Wa lilahil Hamdu.

Jadi teranglah bagi kita bahwa yang perlu bagi kita pada saat ini, adalah meninjau kembali apa arti dan makna Adha bagi masing-masing pribadi dan keluarga kita. Pengorbanan apa yang telah kita lakukan demi terwujudnya cita-cita kita sebagi hamba Allooh yang muslim dan mukmin. Islam menuntut bukti perjuangan dan pengorbanan dari setiap pengikutnya. Lihatlah kehidupan para Nabi dan Rasul, para sahabat Nabi, para Syuhada, Mujahidin dan Shalihin. Tak satu pun diantara mereka sepi dari perjuangan dan pengorbanan, baik dalam bentuk moril maupun materil, bahkan jiwa dan raga telah mereka serahkan untuk Islam.

Karena itulah maka peristiwa yang dialami oleh Nabi harus kita jadikan itibar, suatu pelajaran dan peringatan. Yaitu bahwa anak dan harta adalah milik Alloh dan kepada-Nya lah harus kita kembalikan. Dan bila kita sadar bahwa harta yang ada ditangan kita adalah amanat Alloh, maka kepada kita dituntut untuk mengorbankan sebagian harta itu untuk ditasyarufkan di jalan Alloh dan kepentingan sosial kemasyarakatan.

Sidang Id, muslimin dan muslimat yang berbahagia.

Kirannya patut kita prihatin bahwa dalam masyarkat sekarang banyak kecenderungan semakin kuatnya pola hidup materialistis, suka pemer kekayaan yang akibatnya semakin mendorong orang-orang kaya auntuk terus memperkaya diri sendiri dengan merugikan orang lain. Harta yang ada di tangan mereka  pun menjadi kehilangan fungsi sosialnya karena habis hanya untuk menuruti hawa nafsunya. Sebalikya kalau kita amati keadaan yang tidak menguntungkan ini juga terjadi pada kelompok yang lain, yaitu orang-orang kaya yang pellit terhadap kekayaannya.

Karena harta di tangan-tangan yang pelit justru akan lebih kehilangan fungsi sosialnya, sebab harta itu hanya disimpan rapat-rapat untuk dihitung-hitung dan ditumpuk-tumpuk, tanpa mau terkurangi sedikitpun untuk keperluan sosialnya, seakan-akan mereka akan hidup kekal dengan hartanya itu. Akibatnya sangat merugikan kepada kaum lemah yang sebenarnya mereka mempunyai hak dari pembagian harta itu. Padahal Islam mengajarkan bahwa manusia tidak akan memperoleh kebajikan sebelum ia bersedia mengorbankan sebagian harta yang dicintainya itu untuk orang banyak. Bahkan barang siapa tidak mau membela nasib orang –orang lemah, seperti anak yatim dan miskin, berarti ia mendustakan agama dan akan celaka, meskipun melakukan Shalat.

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Wa lillahil Hamdu


Pada hari Idul Adha yang bersejarah ini, kita dihadapkan pada sebuah cermin kehidupan tentang makna perjuangan dan pengorbanan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Kita umat Nabi Muhammad SAW, adalah penerus perjuangan Nabi Ibrahim, yang mempunyai tugas yang sama dengan tugas yang dibawa oleh beliau, yaitu menegakan amar ma’ruf nahi munkar. Kepada sesama muslim kita diwajibkan saling ingat mengingatkan. Kalau ternyata berbagai bentuk kebathilan dan kemungkaran terus merajalela saat ini di negeri ini, kiranya  kita perlu bercermin diri.

Apakah greget perjuangan dan pengorbanan untuk dakwah kita selama ini sudah maksimal, atau justru masih ogahogahan dan masih bermental suka tawar menawar? Cobalah kita perhatikan dengan mata hati dna akal pikiran yang tercerahkan, betapa pengaruh gaya hidup materialistis dan sekularis telah mengakibatkan fenomena-fenomena kehidupan di semua lapisan masyarakat kita menjadi mengkhawatirkan. Hal ini bisa kita amati dari gejala-gejala yang ada dan praktek-praktek kehidupan masyarakat kita, yang lebih cenderung menuru gaya hidup orang barat.

Pengaruh kebudayaan tersebut telah berhasil meracuni moral dan akhlak umat Islam. Pergaulan antar pria dan wanita telah menjadi begitu buruk, royal dan bebas tanpa mengindahkan kaidah-kaidah agama. Mempertontonkan aurat dan memamerkan kecantikan di tempat-tempat umum sudah dianggap suatu keharusan, seolah-olah menjadi halal dan sah saja. Lebih seronok lagi dengan beredarnya jenis-jenis minuman keras, obat-obat terlarang, film, video dan aneka tempat hiburan yang haram sampai kepada bahaya prostitusi. Jelas produk-produk bangsa, manakala tidak sedini mungkin diadakan pembendungan sekuat-kuatnya melalui ketahanan agama.

Sidang Ied, Muslimin dan muslimat yang berbahagia

Dari uraian di atas nyatalah bagi kita, bahwa merubah kemungkaran di tengah masyarakat memerlukan perjuangan yang berat, apalagi bila kemungkaran itu merambah di kalangan pemimpin dan kelompok elite masyarakat kita, dan sudah dijadikan mode oleh mereka. Tentu perjuangan akan menuntut pengorbanan yang lebih berat dan resiko yang besar. Sebagaimana yang dialamai oleh nabi Ibrahim As. Ketika berjuang memberantas kebathilan di kalangan kaumnya, sehingga beliau harus berhadapan dengan Raja Namrudz beserta keluarganya. Karena itu menjadi kewajiban umat Islam untuk memiliki kesadaran yang tinggi, bahwa tak ada seorang pun dan tidak suatu bangsapun di dunia ini yang sempurna. Masing-masing kita harus selalu siap untuk saling menasehati, berani mengkritik dan di kritik, guna mewujudkan tatanan hidup yang baik dan benar, diridhai oleh Alloh SWT. Dan mendapat ampunannya.

Akhirnya dalam suasana Idul Adha ini, patutlah kiranya kita ajukan pertanyaan yang mendasar kepada diri kita, kepada masyarakat kita, dan kepada para pemimpin kita. Sejauh mana kita telah berjuang di jalan Alloh dan seberapa besar pengorbanan yang telah kita berikan untuk dakwah sebagai pengabdian kita kepada Alloh?

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rasulnya. Mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15)

Ya Alloh! Kami memohon kepadamu  keselamatan dan kesejahteraan hidup kami, para pemimpin kami, bangsa kami dan seluruh muslimin dan muslimat. Ampunilah ya Alloh, semua dosa dan kesalahan kami, dan dosa mereka yang kami cintai. Kami memohon kepadamu dengan pengakuan akan besarnya dosa kami, bentengilah diri kami dengan pertolongan-Mu untuk tidak kembali kepada perbuatan dosa dan maksiat. Jadikanah diri kami berada dalam pandangan Rahmat-Mu. Wahay tuhan sekalian alam! Sinarilah hati dan akal pikiran kami dengan cahaya petunjukmu, supaya kami mengetahui sifat-Mu yang sempurna dan kekuasaan-Mu yang sempurna dan kekuasaanmu yang tak terbatas. Periharalah kami dari sifat-sifat tidak terpuji dari nafsu yang buruk dan ketakjuban dunia, sehingga kami bisa mengikhlaskan keislaman dan penghambaan kami hanya kepada-Mu.

Khutbah tsani
اَللهُ أَكْبَرُ 9 
 اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين. اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وصَحْبِهِ وَسَلِّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهُ أَكْبَرُ3 وَلِلَّهِ الْحَمْدِ

Demikianlah contoh khutbah Idul Adha yang dapat saya tuliskan, semoga bisa menjadi manfaat bagi kita semua. Terimakasih


Advertisement